Sejarah dan Perkembangan Desain Grafis
Pengertian Desain Grafis
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan
gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam
desain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil
abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. disain grafis diterapkan
dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain
lainnya, disain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode
merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), ataupun disiplin ilmu
yang digunakan (desain).
Sejarah Desain Grafis
Sejarah desain grafis dapat ditelusuri dari jejak peninggalan manusia
dalam bentuk lambang-lambang grafis (sign & simbol) yang berwujud
gambar (pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan
karena gambar dianggap lebih bersifat langsung dan ekspresif, dengan
dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain). Belum ada yang
tahu pasti sejak kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai media
komunikasi.
Pada manusia primitif sudah menggunakan coretan gambar di dinding gua
untuk kegiatan berburu binatang. Contohnya seperti yang ditemukan di
dinding gua Lascaux, Perancis. Lambang/ aksara sebagai alat komunikasi
diawali oleh bangsa Punesia (+ 1000 tahun SM), yang saat itu menggunakan
bentuk 22 huruf. Kemudian disempurnakan oleh bangsa Yunani (+ 400 tahun
SM) antara lain dengan mengubah 5 huruf menjadi huruf hidup. Kejayaan
kerajaan Romawi di abad pertama yang berhasil menaklukkan Yunani,
membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan diadaptasikannya
kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet Latin yang dibawa dari
Yunani. Pada awalnya bangsa Romawi menetapkan alfabet dari Yunani
tersebut menjadi 21 huruf : A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L, M, N, O, P,
Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z ditambahkan dalam alfabet
Latin untuk mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani. Tiga
huruf tambahan J, U dan W dimasukkan pada abad pertengahan sehingga
jumlah keseluruhan alfabet Latin menjadi 26.
Kata Desain Grafis pertama kali digunakan pada tahun 1922 di sebuah esai
berjudul New Kind of Printing Calls for New Design yang ditulis oleh
William Addison Dwiggins, seorang desainer buku Amerika.
Raffe's Graphic Design, yang diterbitkan pada tahun 1927, dianggap
sebagai buku pertama yang menggunakan istilah Desain Grafis pada
judulnya The signage in the London Underground adalah contoh desain
klasik pada abad modern yang menggunakan jenis huruf yang dirancang oleh
Edward Johnston pada tahun 1916.
Pada tahun 1920, Aliran konstuktivisme di Uni Soviet melihat seni yang
berorientasi individu tidak ada gunanya bagi Rusia dan membuat sesuatu
yang dapat diterapkan di dunia nyata. Mereka mendesain bangunan,
perangkat teater, poster, kain, pakaian, perabot, logo, menu, dll.
Jan Tschichold merumuskan prinsip-prinsip dasar tipografi modern pada
tahun 1928 dalam bukunya yang berjudul New Typography. Tschichold,
Bauhaus,Herbert Bayer and Laszlo Moholy-Nagy, and El Lissitzky adalah
tipografer yang berpengaruh besar dalam ilmu desain grafis yang kita
kenal sekarang ini. Mereka mempelopori teknik produksi yang digunakan
sepanjang abad ke 20. Pada tahun-tahun berikutnya desain grafis mendapat
banyak pengakuan dan mulai banyak diterapkan. Pasca Perang Dunia II,
kebutuhan akan desain grafis meningkat pesat, terutama untuk periklanan
dan kemasan produk. Perpindahan Sekolah Bauhaus dari Jerman ke Chicago
pada tahun 1937 membawa pengaruh besar pada desain di Amerika. Nama-
nama yang terkenal diantaranya Adrian Frutiger(desainer jenis huruf
Univers dan Frutiger), Paul Rand(yang dari akhir 1930-an sampai
kematiannya pada tahun 1996 menggunakan prinsip Bauhaus dan
menerapkannya padaiklan dan desain logo.
Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg (1398-1468) menemukan teknologi
mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan menyerupai disain
yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini
adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan produksi buku
secara massal dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan
informasi pada masa kebangkitan kembali Eropa. Tahun 1450 Guterberg
bekerjasama dengan pedagang dan pemodal Johannes Fust, dibantu oleh
Peter Schoffer ia mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”,
“Mararin Bible” atau “42 line Bible” yang diselesaikanya pada tahun
1456. Temuan Gutenberg tersebut telah mendukung perkembangan seni
ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku. Pada masa itu juga
berkembang corak huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung
realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas Cranach
dengan karyanya “Where of Babilon”
Pada
perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder (1771-1834) menemukan teknik
cetak Lithografi. Berbeda dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan
tehnik cetak tinggi, teknik cetak lithografi menggunakan tehnik cetak
datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara air dengan minyak.
Nama lithografi tersebut dari master cetak yang menggunakan media batu
litho. Tehnik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran secara lebih
leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan
dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya
perkembangan seni poster. Masa keemasan ini disebu-sebut sebagai “The
Golden Age of The Poster”. Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi
(1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan karya besarnya “Eldorado:
Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller: Penari Fuller” (1897), “Quinquina
Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899). Tokoh-tokoh lainya antara
lain Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene.
Pada saat ini perkembangan teknologi desain grafis sudah sangat maju
dengan adanya peralatan dan media digital yang serba canggih. Sesorang
tidak harus pandai dalam seni melukis untuk bisa membuat sebuahkarya
desain grafis. Misalnya dengan media komputer, manusia bisa membuat
sebuah hasil karya desain grafis dengan mudah dan sekaligus bisa
langsung mencetaknya mulai dari ukuran yang paling kecil hingga super
besar dengan mesin cetak yang canggih. Dengan berbagai software editor
desain, juga semakin memudahkan manusia.
Sejarah Desain Grafis di Indonesia
Perkembangan desain di Indonesia di mulai pada tahun 1970, dimana pada
saat itu telah terjadi peristiwa yang diberi nama Desember Hitam,
peristiwa ini pecah di penghujung tahun 1974. Desember Hitam muncul
karena adanya gelombang protes terhadap pemberian penghargaan pemerintah
kepada lima pelukis, yang karyanya dikritisi sebagai bercorak ragam
sama (seragam) yaitu dekoratif, dan lebih mengabdi kepada kepentingan
‘konsumtif’.
Gerakan
Desember Hitam adalah awal terbentuknya gerakan seni rupa baru GSRB
pada tahun 1975, GSRB memiliki pemahaman bahwa kesenian tidak harus
dikategorikan menurut jenjang, ada kesenian kelas wahid dan ada kesenian
kelas bawah (amatir). GSRB menolak batasan antara seni murni dan seni
terap, dan semua fenomena kesenian termasuk desain pun dianggap
sederajat. Sepanjang perjalanannya (1975-1979, 1987), eksponen GSRB yang
juga desainer grafis tercatat antara lain FX Harsono, Syahrinur Prinka
(1947-2004), Wagiono Sunarto, Priyanto Sunarto, Gendut Riyanto
(1955-2003), Harris Purnama dan Oentarto.
Organisasi
desain grafis pertama di Indonesia, sepanjang tahun 1970 bermunculan
perusahaan desain yang sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis, namun
perbedaannya pada masa itu adalah biro-biro ini memfokuskan diri pada
desain non-iklan dan semuanya berlokasi di Jakarta, berikut adalah
beberapa biro desain tersebut :
Vision
(Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto, Priyanto
Sunarto, S Prinka), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi, Hanny Kardinata) dan
GUA Graphic (Gauri Nasution). Dan pada dekade berikutnya, di Jakarta
muncul antara lain Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto), Polygon
(Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo
Gozali), Headline (Sita Subijakto), BD+A (Irvan Noe’man), dan di
Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes
Djajadiningrat), Studio “OK!” (Indarsjah Tirtawidjaja) dan lain-lain.